Selasa, 03 September 2013

Sepenggal Cerita Penggembala di Lapangan Cendana

Belum banyak masyarakat yang mengetahui pergantian operator Lapangan Gas Cendana. Mereka masih beranggapan sumur itu milik Humpuss.
SEORANG pria tua menggembala kambing berjalan gontai menuju areal rumput ilalang yang lapang. Sesekali pria itu mempercepat langkahnya sembari membawa sebuah cambuk dari tali ketampar. Dia menggiring kambing gembalaanya agar tak lari berjauhan. Perlahan tapi pasti kambing itu mulai memahami maksud sang penggembala. Belasan ekor kambing itu pun behenti di savana. Dengan lahap kambing-kambing itu menyantap rumput hijau yang tumbuh subur. Sesaat kemudian, beberapa kambing berlarian mendekati pagar kawat mencari rumput liar yang menjalar.

Kambing itu milik Kisdi, salah satu warga Desa Cendana, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Hampir saban hari dia menggembalakan kambing di lokasi Lapangan Gas Cendana. Lapangan Cendana akan terintegrasi dengan unitisasi gas Jambaran - Tiung Biru (TBR) menjadi satu paket menjadi proyek Gas Cepu.

Saat ini, lokasi gas tersebut masih terlihat lengang dan hanya dikelilingi pagar kawat berduri. Tak ada penjagaan security satu pun. Karena alasan itu pula, Pak Kisdi – biasa dipanggil- dengan leluasa menggembalakan ternaknya di sekitar lokasi sumur gas itu bertahun-tahun. Begitu pun warga sekitar, juga kerap melintas diarea sumur menuju ladang persawahan yang saling berdekatan.

"Sampun dangu angon dateng meriki (sudah lama saya menggembala disini)," kata Pak Kisdi dengan logat Bahasa Jawa kepada Suarabanyuurip.

Kambing Pak Kisdi saat ini berjumlah 17 ekor, sebelumnya hanya berjumlah 4 ekor. Dia berangkat menggembala pada jam 12.00 hingga 16.00 WIB lebih. Hampir setiap hari dia menjadikan pelataran Lapangan Cendana sebagai lahan penggembalaan ternaknya.

"Mulai berangkat setelah Dzuhur dan pulangnya sebelum magrib," sergah Pak Kisdi.

Meski sudah lama menggembala di lokasi itu, Pak Kisdi mengkau tidak tahu jika saat ini Lapangan Gas Cendana tengah memasuki masa persiapan eksplorasi dan dijadwalkan pemerintah harus berproduksi pada tahun 2017 nanti.

Memoar PT.Humpuss Patra Gas, sebuah perusahaan yang disebut milik salah satu keluarga Cendana, mantan Presiden Soeharto sebelum akhirnya diakuisisi oleh ExxonMobil masih menancap dibenak bapak dua anak ini.
"Sumber minyak ini yang saya tahu miliknya Humpus," ujar dia, mengungkapkan.

Usia pak Kisdi terbilang senja. Raut mukanya cukup jelas menyiratkan pesan dia telah lanjut usia. Guratan keriput diwajahnya makin kentara. Rambutnya pun mulai ditumbuhi uban, meski tak terlihat sepenuhnya karena tertutupi capung anyaman bambu yang dia kenakan. Pria paruh baya ini mengaku tak lagi mengingat usianya. Kendati begitu tubuhnya masih cukup tegap.

"Ketika zaman penjajahan Jepang saya sudah lahir," tutur dia yang mengaku tak pernah mengenyam pendidikan ini.

Di sela-sela bercerita, Pak Kisdi tetap fokus menatap gerak-gerik kambing gembalaanya yang tak jauh dari tempatnya duduk. Dia merasa sedikit tenang ketika melihat kambingnya jenak menyantap rerumputan. Di jeda waktu itu, dia mencoba melepas penat dari sengatan terik matahari. Semilir yang berhembus diantara suasana panas disekitar lokasi sumur gas itu cukup membasuh peluh ditubuhnya.

Suasana sekitar lokasi sumur Gas Cendana begitu hening. Hanya sesekali terdengar riuh aktivitas para petani di persawahan yang berdekatan area sumur. Lalu lalang kendaraan tidak begitu padat. Khas nuansa pedesaan masih melekat erat.

Meski tergolong warga terdampak, Pak Kisdi tidak berharap berkah bila mana Lapangan gas Cendana mulai berproduksi. Dia mempercayakanya kepada pemerintah.

"Kantun negara pripun ngelolane (terserah negara bagaimana mengelolanya)," kata Pak Kisdi yang saat itu mengenakan kaos atribut kampanye berwarna putih bertuliskan SBY-Budiono berikut wajahnya.

Tak terasa sang surya bergegas meninggalkan ufuk. Siang berarak berganti sore. Menandakan kambing gembalaan Pak Kisdi sudah kenyang. Dengan kaki ringan Pak Kisdi menggiring belasan kambing itu meninggalkan lahan rerumputan.

Bagi kakek sebelas cucu ini, ternaknya itu merupakan satu-satunya gantung hidupnya. Karena itulah Pak Kisdi tak pernah patah arang mempertahankan raja kaya miliknya. Sebab meski usainya sudah senja dia tak mau membebani kedua anaknya yang telah berumah tangga.

Meski begitu Pak Kisdi mengaku tak tahu sampai kapan dirinya akan bisa menggembala ternaknya di sekitar lokasi sumur Gas Cendana. Karena jika proyek Gas Cepu dimulai sudah dapat dipastikan lahan penggembalan itu akan berubah menjadi bangunan dengan penjagaan ekstra ketat.

Bukan hanya Pak Kisdi, Pemerintah Desa (Pemdes) Cendana memaklumi, jika warga sekitar belum banyak mengetahui pergantian operator Lapangan Gas Cendana. Sebab sampai saat ini belum nampak adanya kegiatan proyek di lapangan. Kegiatan yang baru berlangsung masih seputar sosialisasi mengenai Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) dan permintaan pengisian data mengenai kondisi sosial ekonomi.

"Belum ada info apa-apa lagi," sergah pejabat sementara (Pjs) Kepala Desa Cendana, Agus Priyono.

Agus mengungkapkan, sebagian masyarakat Cendana, adalah petani, peternak, dan pedagang. Namun demikian berkaitan dengan adanya proyek Cendana sebagian lahan warga sudah banyak yang terbebaskan. Sedikitnya enam hektare lahan warga telah terjual.

"Sekarang harga lahan disini mulai naik, rata-rata Rp.150-200 ribu permeternya," ucap Agus.

Karena itu, dia berharap, jika nantinya Lapangan Gas Cendana berproduksi, sedianya nasib masyarakat tetap diperhatikan. Terutama terkait kondisi pertanian yang mayoritas masih menjadi tumpuan masyarakat.

"Secara keharusan harus semuanya,tapi pertanian juga jangan dikesampingkan," harapnya.

Field Public and Government Affairs Manager MCL, Rexy Mawardijaya menyatakan, akan tetap mengusung tiga pilar Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Yakni Pendidikan, Kesehatan, dan Pemberdayaan Ekonomi.

"Betul, kita tetap menggunakan tiga pilar tersebut," kata dia.

Namun demikian, menegnai kelanjutan pengembangan Lapangan Gas Cendana, dia enggan berkomentar banyak.
"Sekarang masih belum banyak aktivitas disana," kilahnya.

Rencananya, Lapangan Cendana terintegrasikan dengan unitisasi Lapangan Jambaran dan Tiung Biru (JTB) di Kecamatan Ngasem dan Tambakrejo yang dioperatori Pertamina EP Cepu (PEPC). Total sumur unitisasi Jambaran-Tiung Biru (TBR) dan terintegrasi Lapangan Cendana ada 14 sumur. Delapan sumur di Lapangan Jambaran-TBR dan enam sumur di Lapangan Cendana.

Jumlah kumulatif produksi yang akan dihasilkan kondensat sebesar 18.63 Milion Stock Tank Barrels (MMSTB) dengan laju produksi puncak kondesat 3.082,81 Barrels Oil Per Day (BOPD) pada tahun 2018. Sementara jumlah kumulatif Gas sebesar 1.233,56 Bilion Standard Cubic Feed (BSFC) dengan laju produksiplateau gas sebesar 185.22 Million Standard Cubic Feet Day (MMSCFD) selama 19 tahun. (Athok moch nur rozaqy)



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Athok MN Rozaqy, Published at 03.42 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar